Cinta itu suatu fitrah dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT kepada semua makhluk di dunia ini, tentu saja tidak terkecuali dengan manusia. Cinta akan selalu membawa kebahagiaan bagi siapapun yang merasakannya, karena itu merugilah mereka yang tidak mau mempunyai cinta dan tidak mau diberi cinta.
Cinta oleh sebagian manusia selalu diekspresikan dengan cara yang berlebihan, sehingga kadang tidak ada bedanya dengan ekpresi cinta yang ditunjukkan oleh binatang. Perzinahan atau free seks sering dilakukan atas nama cinta, pacaran sering pula diatasnamakan cinta, seolah-olah cinta yang dengan segala kekuatannya mampu menghalalkan itu semua. Seperti itukah cinta? Lalu jika cinta itu dari Tuhan maka tentu saja berarti cinta itu suci, karena apapun yang datangnya dari Tuhan itu dikatakan fitrah dan tidak ada noda sama sekali. Lalu jika potret mencintai seperti itu, dimana letak kesuciannya?
Cinta yang suci tentu saja harus diekpresikan dengan cara yang suci dan diberikan kepada mereka yang memang berhak untuk dicintai.. dan cinta itu mempunyai beberapa tingkatan :
- Cinta untuk Tuhan
Merupakan level cinta yang harusnya tertinggi dalam jiwa manusia, Dia-lah yang seharusnya menduduki singgana hati manusia, karena Dia adalah Sang Pemilik Cinta yang tiada pernah henti memberikan cinta kepada siapapun yang mengharapkan cintaNya.
- Cinta orangtua
Merupakan level tinggi pula setelah Allah dan RasulNya, ridho Allah ada pada ridho orangtua. Tidak perlu menjadi kajian khusus mengapa cinta kepada orangtua harus berada dibawah urutan kedua pada tingkatan cinta ini. Rasulullah pernah ditanya oleh shahabat siapakah yang harus ia cintai setelah Allah dan RasulNya..maka jawab Rasulullah : Ibumu…Ibumu…Ibumu…dan Ayahmu! Sosok ibu mendapat kehormatan yang begitu luar biasa oleh Islam, padahal ketika masa jahiliyah..sosok wanita tidak ubahnya seperti makhluk terkutuk yang tidak boleh ada di dunia ini. Dan sosok ayah..dia yang penuh dengan keringat berjalan demi sesuap nasi yang harus ia berikan kepada istri dan anak-anaknya, sampai ia tidak peduli kulit tubuhnya yang tadinya bersih putih harus berubah menjadi hitam legam karena terkena sengatan matahari demi kebahagiaan keluarganya.
- Cinta kepada teman atau sahabat
Cinta level menengah, sahabat adalah ia yang ketika kita membutuhkan sandaran, ia datang sebagai kursi yang empuk, ia yang ketika kita rapuh kemudian datang dan menjadi tongkat penyangga agar kita tidak jatuh, ia yang ketika air mata ini mengalir kemudian ia hadir dan menjadi sapu tangan untuk menyeka air mata kita. Sahabat bukan ia yang ketika kita jatuh justru semakin membuat kita jatuh, yang ketika kita menangis justru ia sedang tertawa bahagia. Karena itu mencintai sahabat juga masih termasuk dalam tingkatan cinta.
- Cinta kepada lawan jenis
Cinta ini masuk pada level paling bawah, karena ia bukan termasuk orang yang berhak mendapatkan cinta kita sebelum ia menjadi halal bagi kita. Awalnya cinta memang datang sebagai anugerah, tapi setelah diekpresikan dengan pacaran apalagi sampai berzina, maka cinta itu sudah tidak ada lagi, karena posisinya sudah tergantikan oleh hawa nafsu.
Memaknai Cinta kepada lawan jenis
Bagaimana memaknai cinta? Islam memang agama yang sempurna lagi menyempurnakan, bahkan urusan cintapun menjadi pokok bahasan yang menarik oleh Islam. Awal datangnya cinta adalah karunia dari Allah, semua cinta tanpa terkecuali. Dan kemudian cinta menjadi pilihan bagi yang mendapatkannya, pilihan akan diapakan cinta itu, dijagakah agar kesuciannya tetap ada atau membiarkannya sampai akhirnya cinta itu ternoda. Potret yang ada saat ini adalah kebanyakan mereka yang memilih untuk membiarkan cinta itu bersemi sampai akhirnya layu tanpa disadari, bukankah itu filosofi sekuntum bunga? Mekar..mekar sampai akhirnya ia layu dan hilanglah keindahannya. Bersemi dalam artian bahwa cinta itu harus diekpresikan meskipun tidak dengan cara yang sesungguhnya seperti dengan pacaran atau free seks. Karena itu, kita harus ahli dalam hal manajemen cinta…dan Islam sudah memberikan arahan bagaimana manajemen cinta itu sukses dan dikelola dengan baik. Pernikahan adalah salah satu dari prinsip manajemen cinta untuk level cinta kepada manusia yang lain, dari pernikahan maka cinta itu tidak akan layu bahkan cintanya akan semakin subur dan berkembang seperti kehadiran anak-anak yang bukankah mereka adalah sumber cinta?
Saat cinta menyapa aktivis dakwah
Cinta bagi orang biasa adalah sesuatu yang indah…tanpa cela apapun. Namun bagi seorang aktivis dakwah, cinta itu sebagiannya adalah keindahan tetapi sebagian lain adalah cobaan. Akan menjadi cobaan ketika cinta itu bersemi dalam lingkungan atau komunitas dakwah yang jelas-jelas sangat menjaga kesucian hati para kadernya. Apa yang akan terjadi jika seorang ikhwan jatuh cinta kepada seorang akhwat atau sebaliknya? Selama masih bias menjaga dan berusaha untuk menepisnya maka tidak ada yang perlu dicemaskan bukan?
Cinta sesungguhnya merupakan sebuah kekuatan yang luar biasa…ia bisa membuat yang tadinya baik menjadi jahat atau sebaliknya. Dan cinta itu tidak perlu minta izin kepada siapapun saat ia ingin bertamu pada seseorang. Tidak jarang, ketika cinta itu “dibiarkan bersemi” maka yang terjadi pada kader dakwah itu adalah “backstreet”, mencintai dari belakang dan tersembunyi tanpa berusaha untuk menghapusnya atau membiarkannya bersemi dengan prinsip manajemen cinta yaitu pernikahan. Banyak yang melarikan diri dengan menikah kok? Tapi tidak sedikit pula yang akhirnya memilih “backstreet” karena ketidakmampuannya mengelola manajemen cinta sesuai dengan yang diajarkan oleh Islam yang mulia ini. Akibatnya adalah banyak para aktivis dakwah mengalami “future”, segan untuk melaksanakan amanah karena semangat dakwah yang tadinya masih seperti kobaran api yang besar berubah menjadi api kecil yang tidak akan lama lagi berubah menjadi arang. Dan akhirnya lagi, lingkungan dakwah semakin sepi karena banyaknya kader yang lari dan membuat jalan hidup sendiri.
Ketika Cinta itu semakin kuat
Sebesar apapun kekuatan cinta, pasti ada senjata ampuh yang bisa menandinginya. Bagi orang biasa, love is love…dan biarkan ia seperti itu. Tapi bagi seorang aktivis dakwah? Bukan lantas mengubah cinta menjadi kebencian, tapi bagaimana caranya agar kita yang mengendalikan cinta itu, bukan malah sebaliknya. Ketika cinta itu semakin kuat menerpa kita, kenapa kita tidak menyerahkan “cinta yang membandel” itu kepada pemiliknya? Bukankah pemiliknya lebih tahu bagaimana mengendalikan cintanya? Jika cinta itu datang dari Allah, kenapa kita tidak menyerahkan saja cinta itu kepadaNya? Bukankah Allah sang Pemilik cinta? Bukankah kitapun tidak punya hak kepemilikan atas apapun yang ada di dunia ini bahkan apa yang ada dalam diri kita? Allah tahu kapan kita menjadi hambaNya yang kuat dan kapan hamba itu menjadi lemah. Masa iya, ketika kita sudah tidak mampu untuk mengelola cinta itu, Allah membiarkan kita begitu saja?
Ada solusi?
Tentu saja ada, bukan berarti ketika kita sudah terlanjur basah lantas kita memilih nyebur aja sekalian…itu bukan pilihan cerdas dan memang benar-benar konyol !! ada beberapa cara ko’ selain nyebur…
- Renungkanlah apa yang membuat cinta itu hadir ditengah-tengah kita (terlalu banyak interaksi yang berlebihan,dll)
- Perbanyak istighfar dan zikrullah ..(ini sudah pasti)
- Perbanyak kesibukan dengan aktivitas dakwah (pikiran yang kosong merupakan kesempatan emas bagi syaitan untuk membuka celah)
- Perbanyak doa…sesungguhnya Allah adalah Dzat yang Maha membolak-balikkan hati..
Jika sudah terlanjur cinta (backstrett)…
- Ingat…jodoh itu ada sama Allah… meskipun cinta setinggi gunung dan sedalam lembah, kalo bukan jodoh mau menuntut Allah dengan apa?
- Cinta kepada Allah adalah cinta sejati…ketika kita membiarkan cinta bersemi dihati maka sesungguhnya kita sudah mengkhianatiNya, namun bukan berarti kita tidak mau berteguran sama Allah kan? Jadi thinking it…mau pilih cinta yang mana…cinta Allah atau cinta yang sebenarnya sudah ternodai dan ga’ ada berkahnya lagi.
- Saat diterpa cinta, pastilah kita adalah orang yang sudah rapuh luar biasa..jadi jangan pernah sombong dengan menyatakan diri bahwa kita kuat sendirian ! ceritakan pada murabbi atau murabbiyah kita, rasa malu jangan pernah diikutsertakan, ditinggal aja dilemari kamar terus kunci beberapa kali biar ga’ bisa keluar… karena yakinlah mereka adalah penyangga yang kuat ketika kita jatuh.
- Ketika kita sudah rapuh bukan berarti kita tidak punya kekuatan sama sekali untuk bangkit..!!! karena manusia tidak pernah diciptakan dengan kelemahan 100% oleh Allah, yakinlah bahwa masih ada kekuatan yang tersisa dalam diri kita untuk bangkit dan memperbaiki semuanya. Kumpulkan lagi kekuatan yang ada itu meskipun bentuknya hanya tertinggal puing-puing kecil…bila dkumpulkan pasti menjadi besar kan?
- Dukungan dari murabbi atau murabbiyah dan saudara seperjuangan adalah hal terpenting..sangat zhalim jika mereka memberikan vonis bersalah kepada kita dan kemudian meninggalkan kita begitu saja. Persoalan cinta bagi seorang aktivis bukan perkara yang mudah apalagi konyol !!
- Menikahlah…solusi terakhir dan paling tepat. Tidak ada yang salah bagi seorang aktivis yang menikah karena sudah terlanjur cinta ko’..bukankah itu juga masuk dalam prinsip manajemen cinta? Dengan begitu maka cinta yang sudah berbelok kemana-mana akan kembali berada di jalan yang lurus. Kalo ikhwan atau akhwatnya menolak untuk menikah…..paling tidak ga’ sekarang…cari yang lain aja..yang lebih siap menjagakan dengan sepenuh hati cinta yang sedang bersemi saat ini..
Kesimpulan
Jadi kesimpulannya apa? Aktivis dakwah secara kasat mata dijadikan teladan oleh orang lain yang jalan hidupnya biasa-biasa saja, segala tingkah lakunya dijadikan pedoman ketika melakukan hal yang sama. kita sebagai aktivis dakwah merupakan sosok yang jelas berbeda dengan mereka yang masih belum terwarnai dengan Islam yang kaffah, dalam hal beribadah sampai dalam hal pergaulan. Begitu pula dengan cinta, memperlakukan cinta antara kita dengan orang biasa juga harus berbeda, bagi mereka cinta adalah satu, tapi bagi kita cinta itu banyak atau jamak. Paradigma kita juga harus berbeda dengan orang biasa termasuk bagaimana memaknai cinta. Ketika orang biasa begitu mudah dikalahkan oleh cinta, maka seharusnya kita bisa menjadi pemenang dari cinta itu. Sesungguhnya seorang kader dakwah punya kekuatan lain agar tidak terjebak dalam kubangan cinta semu yaitu berusaha keras melepaskan diri dengan disertai keyakinan yang kuat pula terhadap Allah. Yang perlu diingat adalah meskipun kita sudah melakukan pengkhianatan cinta kepadaNya..bukan berarti Allah menutup semua pintu cintaNya, selama didalam hati hamba tersebut ada iman meski secuil..jangan takut untuk berbalik arah dan kembali padaNya walau harus dengan merangkak !! karena ketika kita datang padaNya dengan merangkak maka Allah akan datang pada kita dengan berjalan, ketika kita datang padaNya dengan berjalan maka Allah akan datang kepada kita dengan berlari… jadi jangan takut bahwa langkah kecil kita akan begitu lama sampai menuju Allah…
Intinya…jangan malu untuk kembali pada Allah meskipun hati kita sudah ternodai…bukankah Allah Maha penerima Taubat…buat apa Allah bikin pintu dan surga untuk Taubat jika kita tidak diberi kesempatan untuk berubah? Terlanjur berdosa bukan berarti kita sudah tidak pantas lagi menjadi hambaNya kan? Karena Allah tahu kapan seorang hamba itu berbuat dosa dan kapan ia berbuat kebaikan. Seorang aktivis dakwah bukan orang yang kebal terhadap perasaan manusiawi karena memang mereka bukan malaikat…seorang kader dakwah yang baik bukan mereka yang tidak pernah berbuat kemaksiatan baik pra kader ataupun setelah menjadi kader..sifat kemanusiaannnya akan selalu ada dalam dirinya. Yakinlah bahwa setiap episode dalam hidup kita pasti penuh warna dan mengandung hikmah yang luar biasa, dan itulah cara Allah men-tarbiyah kita agar kita semakin matang menjadi hambaNya. Wallahualam bish shawab
{ March 10, 2009 @ 7:56 pm }
Tidak ada komentar:
Posting Komentar