noer@khmad
new
- Asal Usul Gunung Sumbing dan Gunung Sindoro
- Puisi spesial untuk akhwat
- URGENSI MANAJEMEN KELAS GUNA MEWUJUDKAN GURU EFEKTIF
- pictures of sindoro-sumbing
- Dauro Mar'atush sholihah (DMS) I LDK Darul Amal
- Kumpulan Anekdot dan Kisah-Kisah Unik Aktifis Dakwah
- Hadits ke-12 : Tanda Kesempurnaan Islam Seseorang
- tipisnya jarak antara kehidupan dan kematian...
- Saudaraku yang sedang dalam Masa Penantiannya
- Bila cinta menyapa aktivis dakwah
Sabtu, 12 Mei 2012
Jumat, 05 Agustus 2011
7 Resep Jitu Obat Anti Malas
Oleh: Falah Abu Ghuddah
Mahasiswa Universitas Al-Azhar Kairo dan Mahasiswa Akademi Al-‘Asyiroh Al-Muhammadiyah Kairo
MALAS memang salah satu penyakit yang sering hinggap pada kita, kadang ia datang di saat-saat yang sangat genting seperti dateline tugas atau ujian semester.
Ditinjau dari sisi psikologis, malas memang bukan penyakit fisik yang dapat terlihat secara kasat mata, bisa dikonsultasikan ke dokter lalu kita cari obatnya di Apotek. Ia adalah salah satu penyakit dalam yang berbahaya karena menyerang hati, pusat seluruh organ kita. Ia juga dapat disebut sebagai kelemahan mental, karena memang virus malas menyerang bagian penting dalam pergerakan hidup manusia, mental. Dengannya kita dapat bersemangat dan optimis menatap hidup, ketiadaannya akan membuat manusia terus berada dalam jurang pesimistis. Ternyata penyakit inipun tak memandang usia, golongan, tua, muda, anak-anak, remaja, semua dapat terkena penyakit ini.
Banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi malas, di antaranya; terlalu terbebani dengan tugas, tidak suka dengan pekerjaan yang ia kerjakan, keadaan yang tertekan, bawaan sejak lahir, terlalu banyak harapan (muluk) yang tidak dapat direalisasikan dan lain-lain. Tapi semua itu tak dapat dijadikan alasan seseorang untuk bermalas-malasan.
....Malas adalah salah satu penyakit dalam yang berbahaya karena menyerang hati, pusat seluruh organ kita...
Mudah-mudahan tulisan ini dapat bermanfaat bagi mereka yang sedang terjangkit “virus abu-abu” ini, atau paling tidak dapat sedikit memberi pencerahan dalam gelapnya dunia di bawah naungan awan malas.
Beberapa trik di bawah ini dapat anda coba ketika malas atau mulai merasakan gejala-gejala penyakit ini:
1. Intropeksi dan berkeinginan kuat untuk berubah.
Seluruh orang sadar bahwa malas adalah perbuatan yang kurang baik, anehnya ternyata kita sering melakukan hal ini. Tak bijak rasanya kalau kita terus menyalahkan diri tanpa ada niat untuk berubah, selain memang malas adalah perbuatan yang manusiawi, menyesal tanpa adanya usaha untuk berubah sama saja nihil.
Langkah awal yang tepat ketika kita malas adalah introspeksi dan berniat untuk berubah, karena ketika seseorang mempunyai niat dan keinginan yang kuat maka ia akan menemukan cara dan jalan keluar dari setiap masalah yang ia hadapi. Bahkan seorang guru kami pernah berpesan, “Himmatu rijal tahdimul jibal” (keinginan yang kuat seseoarang dapat menghancurkan gunung). Tak ada yang tak mungkin di dunia ini, selama niat masih terpatri dalam diri maka yakinlah kesuksesan akan selalu menghampiri.
...Harus ada introspeksi dan berniat untuk berubah, karena ketika seseorang mempunyai niat dan keinginan yang kuat maka ia akan menemukan cara dan jalan keluar dari setiap masalah...
Keinginan untuk berubah ini dibarengi dengan sedikit merenung akan dampak negative dan positif yang kita dapat dari kemalasan ini. Sesudah merenung dan intropeksi diri kita bisa meninggalkannya sambil sedikit tersenyum dan katakan dalam diri; “Saya akan selalu semangat dan tidak akan malas lagi”. Kabarnya, sedikit senyum dapat merenggangkan otot-otot kita yang sedang tegang.
Untuk berubah, tak etis kalau kita masih menunda-nunda (taswif) hingga esok. Mulailah dari sekarang, tak ada kata nanti, esok, ini dan itu. Semua sudah harus dimulai saat ini juga karena tugas kita lebih banyak dari kesempatan yang kita miliki. Kalau bukan sekarang kapan lagi? Kalau bukan kita, siapa lagi? Dan kalau bukan dari hal ini darimana lagi? 3M.
2. Bangkit, bergerak dan cari Motifasi tuk terus bangkit.
Setelah membulatkan tekad dan niat untuk meninggalkan kemalasan, kita mulai kembali beraktivitas. Kita bisa memulai dari kegiatan yang paling kita sukai namun masih membawa manfaat. Mencoba kegiatan baru yang tak biasa juga tak ada salahnya, semakin banyak kita menyibukkan diri semakin terkikis pula kemalasan kita. Usahakan penuhi hari-harimu dengan kegiatan dan aktifitas. Dari aktivitas-aktivitas yang kita lakukan mungkin akan membentuk sebuah kebiasaan baru yang menyenangkan hingga kita akan merasa enjoy melakukannya.
Di bawah ini ada beberapa opsi untuk mengisi hari-hari malasmu:
a. Menonton acara TV yang dapat membangkitkan semangat dan motivasi seperti Kick Andy, Mario Teguh, ESQ dan lain-lain.
b. Mengunjungi kawan dan saudara (silaturahmi), selain menjalin persaudaraan, kita juga mendapat pahala dan karunia berupa umur panjang dan rizki yang luas. Kita juga dapat mengendurkan otot yang sedang tegang dengan saling bercanda ria dan bertukar cerita.
c. Rekreasi, mungkin kegiatan yang penuh kadang membuat kita jenuh. Rekreasi dapat menjadi selingan dari sekian kegiatan kita yang padat. Berkunjung ke taman dan kebun bisa jadi pilihan yang baik dan ekonomis, selain harganya murah, rekreasi ini bisa mencerahkan pikiran dan menyehatkan mata.
d. Membaca buku yang memotivasi untuk dapat bangkit dan bergerak kembali, seperti 7 Habits, buku para Trainer. Bagi para pelajar pencari ilmu ada beberapa buku yang dapat dijadikan bahan bacaan seperti; Ta’limul Muta’allim Thariqut Ta’allum karya Imam Zarnuji, Shafahat min Shabril Ulama karya Syekh Abdul Fattah Abu Guddah , Uluwul Himmah karya Muhammad Ismail Al Muqaddim, La Tahzan karya ‘Aidh Al Qarny, Al Jami’ Li Akhlaqi Rowi wa Adabus Sami’ karya Imam Khatib Al Baghdadi, Tadzkirotus Sami’ wal Mutakallim fi Adabil ‘Alim wal Muta’allim karya Imam Ibnu Juma’ah, Al Mufid fi Adabil Mufid wal Mustafid karya Imam Al ‘Almawi.
3. Ciptakan tujuan dan target hidup.
Tujuan dan target ibarat peta, tanpanya perjalanan hidup akan terasa hampa dan tak terarah. Sudah seyogyanya bagi seorang yang ingin bangkit dari kemalasan untuk membuat tujuan dan target dalam hidupnya, kalaupun sudah ada ia dapat mengeceknya kembali serta menganalisis kelemahan apa saja yang ia miliki dalam (awakness).
Setelah menentukan tujuan dan arah hidup, hal penting lainnya adalah disiplin. Tanpanya semua yang sudah direncanakan akan nihil dan sia-sia. Jangan pernah memberi peluang pada hawa nafsu untuk menjatuhkan kita dalam lubang kemalasan untuk yang kesian kalinya.
4. Benahi hati.
Pusat penyakit malas adalah hati. Semua akan dapat diselesaikan dengan menyembuhkan hati. Para Ulama memberikan lima alternatif untuk membenahi hati yang sedang eror; membaca Al Qur’an dengan penuh penghayatan, mendirikan shalat malam, perbanyak zikir, berkumpul dengan orang shaleh dan berpuasa. Hati adalah sentral dari semua organ manusia, ketika ia sudah baik maka seluruh tubuh akan baik begitupun ketika hati masih rusak maka jangan harap organ lain akan baik. Sering-seringlah berbenah hati, Karena kalau sudah rusak kita akan sulit mengobatinya. Pastikan kondisi hati selalu mood dengan banyak bertaqarrub pada yang Maha Kuasa.
5. Bentuk komunitas yang baik.
“Bergaul denagan tukang minyak wangi, akan terkena wangi. Bergaul dengan tukang las akan terkena baunya juga.” begitulah kiranya pepatah berkata. Pergaulan sedikit banyak mempengaruhi kepribadian dan tingkah laku seseorang. Ketika kita sedang merasakan penyakit ini, cepat-cepatlah mencari komunitas dan lingkungan yang baik untuk dapat memprotek kita dari segala keburukan yang dapat ditimbulkan olehnya. Banyak orang yang dapat menaklukan hawa nafsu dan kemalasannya seorang diri, tapi tak sedikit dari kita yang tak dapat bangkit dari kemalasan hanya dengan seorang diri. Disinilah peran penting seorang teman dan orang lain untuk dapat memberikan support dan dukungan bagi kita untuk dapat bangkit kembali.
Dari komunitas yang baik pula kita akan dapat mengembangkan kemampuan yang lainya. Kenali diri, gali potensi, raih prestasi. Kiranya trilogi ini yang sering didengungkan para sahabatku untuk terus berpacu dan berjuang. Masih banyak potensi yang terpendam dalam diri kita, sudah saatnya kita mengeksploitasi sumber daya itu.
6. Ciptakan kegiatan baru
6. Ciptakan kegiatan baru
Setiap sesuatu punya sebab akibat. Karenanya, usahakan semaksimal mungkin untuk meninggalkan segala faktor pendorong munculnya kemalasan ini. Tidur-tiduran, menonton film yang kurang bermanfaat, ngerumpi, berleha-leha dan menunda-nunda adalah sebagian aktivitas yang sudah harus menjadi “Black List” dalam agenda hidup kita ke depan. Tak jarang dari kegiatan baru inilah kita menemukan kegiatan yang sesuai dengan karakter atau menjadi income keuangan kita.
....Tidur-tiduran, menonton film yang kurang bermanfaat, ngerumpi, berleha-leha dan menunda-nunda adalah sebagian aktivitas yang harus menjadi black list...
7. Perbanyak doa.
Rasulullah SAW pernah memohon dijauhi dari beberapa perkara; kesulitan, kesedihan, lemah, malas, penakut, pelit, banyak hutang, dan tertindas. Tak ada sesuatu yang dijauhi Rasul kecuali memang ia memiliki dampak negative yang luar biasa. Salah satu permhonan Rasul di atas adalah dijauhi dari penyakit malas.
Salah satu doa yang sering Rasulullah SAW panjatkan adalah, “Allahumma inna na’udzubika minal hammi wal hazan wa na’udzubika minal ajzi wal kasal wa na’udzubika minal jubni wal bukhl wa naudzubika min galabatid daini wa qahril rijal”.
Terakhir, mungkin kita akan merasakan semua ini terasa sulit awalnya, tapi yakinlah kawan, dengan berjalannya waktu dan proses kita pasti kan dapat melewati itu semua.
Selamat Berjuang, selamat mencoba dan selamat meraih sukses. Semoga selalu ada berkah dalam setiap langkah. Wallahu wa RasuluHu ‘alam. [voa-islam.com]
Selasa, 21 Juni 2011
KETIKA HATI TERKENA VIRUS????
KETIKA HATI INI TERKENA VIRUS |
Customer Service (CS): Ya, ada yang bisa saya bantu? Pelanggan (P): Baik, setelah saya pertimbangkan, saya ingin menginstal cintakasih. Bisakah anda memandu saya menyelesaikan prosesnya? CS: Ya, saya dapat membantu anda. Anda siap melakukannya? P: Baik, saya tidak mengerti secara teknis, tetapi saya siap untuk menginstalnya sekarang. Apa yang harus saya lakukan dahulu? CS: Langkah pertama adalah membuka HATI anda. Tahukan anda di mana? HATI anda? P: Ya, tapi ada banyak program yang sedang aktif. Apakah saya tetap bisa menginstalnya sementara program-program tersebut aktif? CS: Program apa saja yang sedang aktif? P: Sebentar, saya lihat dulu, Program yang sedang aktif adalah SAKITHATI.EXE, MINDER.EXE,? DENDAM.EXE dan BENCI.COM. CS: Tidak apa-apa. CINTA-KASIH akan menghapus SAKITHATI.EXE dari sistem operasi Anda. Program tersebut akan tetap ada dalam memori anda, tetapi tidak lama karena akan tertimpa program lain. CINTA- KASIH akan menimpa MINDER.EXE dengan modul yang disebut PERCAYADIRI.EXE. Tetapi anda harus mematikan BENCI.COM dan DENDAM.EXE. Program tersebut akan menyebabkan CINTA-KASIH tidak terinstal secara sempurna. Dapatkah anda mematikannya? P: Saya tidak tahu cara mematikannya. Dapatkah anda memandu saya? CS: Dengan senang hati. Gunakan Start menu dan aktifkan? MEMAAFKAN.EXE. Aktifkan program ini sesering mungkin sampai BENCI.COM dan DENDAM.EXE terhapus. P: OK, sudah. CINTA-KASIH mulai terinstal secara otomatis. Apakah ini wajar? CS: Ya, anda akan menerima pesan bahwa CINTA-KASIH akan terus? diinstall kembali dalam HATI anda. Apakah anda melihat pesan tersebut? P: Ya. Apakah sudah selesai terinstal? CS: Ya, tapi ingat bahwa anda hanya punya program dasarnya saja. Anda perlu mulai menghubungkan HATI yang lain agar untuk mengupgradenya. P: Oops. Saya mendapat pesan error. Apa yang harus saya lakukan? CS: Apa pesannya? P: ERROR 412 - PROGRAM NOT RUN ON INTERNAL COMPONENT". apa artinya? CS: Jangan kuatir, itu masalah biasa. Artinya, program CINTA-KASIH diset untuk aktif di HATI eksternal tetapi belum bisa aktif dalam HATI internal anda. Ini adalah salah satu kerumitan pemrograman, tetapi dalam istilah non-teknis ini berarti anda harus men-"CINTA-KASIH"-i mesin anda sendiri sebelum men-"CINTA-KASIH"-i orang lain. P: Lalu apa yang harus saya lakukan? CS: Dapatkan anda klik pulldown direktori yang disebut "PASRAH"? P: Ya, sudah. CS: Bagus. Pilih file-file berikut dan salin ke direktori "MYHEART" MEMAAFKAN-DIRI-SENDIRI.DOC, dan MENYADARI-KEKURANGAN.TXT. sistem akan menimpa file-file konflik dan mulai memperbaiki program-program yang salah. Anda juga perlu mengosongkan recycle Bin untuk memastikan program-program yang salah tidak muncul kembali. P: Sudah. Hei!.. HATI saya terisi file-file baru. SENYUM.MPG aktif di monitor saya dan menandakan bahwa DAMAI.EXE dan KEPUASAN.COM dikopike HATI. Apakah ini wajar? CS: Kadang-kadang. Orang lain mungkin perlu waktu untuk mendownloadnya. Jadi CINTA-KASIH telah terinstal dan aktif. Anda harus bisa menanganinya dari sini. Ada satu lagi hal yang penting. P: Apa? CS: CINTA-KASIH adalah freeware. Pastikan untuk memberikannya kepada orang lain yang anda temui. Mereka akan share ke orang lain dan seterusnya sampai anda akan menerimanya kembali. P: Pasti. Terima kasih atas bantuannya. .... |
Sumber : Artikel Bebas Dudung.net |
Minggu, 19 Juni 2011
Cara Mengajar yang Efektif
PENGETAHUAN DAN KEAHLIAN PROFFESIONAL
Guru yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau keterampilan mengajar yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi pengejaran yang baik dab didukung oleh metode penetapan tujuan, perencanaan pengajaran, dan manajemen kelas. Mereka tahu bagaimana memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan murid-murid dari berbagai latar belakang kultural. Mereka juga mengetahui cara menggunakan teknologi yang tepat guna di dalam kelas. Berikut adalah masing-masing penjelasan dari beberapa kriteria di atas.
1. Penguasaan materi pelajaran
Guru yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Tentu saja, pengetahuan subjek materi tidak hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum. Ini juga membutuhkan pengetahuan dasar pengorganisasian materi, mengkaitkan berbagai gagasan, cara berpikir dan berargumentasi.
2. Strategi Pengajaran
Dalam hal ini bagaimana guru dapat membuat pengajaran materi dapat dikuasai oleh murid. Pada pendidikan model lama (tradisional) terlalu menekankan murid harus duduk diam, menjadi pendengar pasif dan menyuruh murid untuk menghafal informasi yang relevan dan tidak relevan. Kemudian berganti pada prinsip konstruktivisme, yaitu menekankan agar murid secara aktif menyusun dan membangun pengetahuan dan pemahamannya. Namun tidak semua ahli setuju dengan cara di atas, tetapi yang terpenting adalah walaupun anda menggunakan salah satu strategi di atas, masih banyak hal yang harus diketahui, hal-hal yang memberikan pengaruh dalam pengajaran yang efektif.
3. Penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instruksional
Guru yang efektif tidak sekadar mengajar di kelas, entah dia menggunakan perspektif tradisional atau konstruktivisme di atas. Mereka juga harus menentukan tujuan pembelajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan itu.
4. Keahlian manajemen kelas
Aspek penting lainnya untuk menjadi guru yang efektif adalah mampu menjaga kelas tetap aktif bersama dan mengorientasikan kelas ke tugas-tugas. Guru yang efektif dapat mempertahankan lingkungan belajar yang kondusif.
5. Keahlian motivasional
Guru yang efektif mempunyai strategi yang baik untuk memotivasi murid agar mau belajar. Guru yang efektif tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya. Guru yang baik akan memberi kesempatan murid untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk proyek mereka sendiri.
6. Keahlian komunikasi
Hal yang perlu diperlukan untuk mengajar adalah keahlian dalam berbicara, mendengar, mengatasi hambatan komunikasi verbal, memahami komunikasi non verbal dari murid, dan memapu memecahkan konflik secara konstruktif.
7. Bekerja secara efektif dengan murid dari berbagai kultur yang berbeda
Guru yang efektif harus mengetahui dan memahami anak dengan latar belakang kultural yang berbeda-beda, dan sensitif terhadap kebutuhan mereka. Mendorong murid satu dengan murid yang lain untuk berhubungan positif.
8. Keahlian teknologi
Guru yang efektif tahu cara menggunakan komputer dan cara mengajar murid menggunakan komputer untuk menulis dan berkreasi. Teknologi itu sendiri tidak selalu meningkatkan kemampuan belajar murid perlu kesesuaian antara kurikulum dengan teknologi yang sesuai dalam pengajaran.
KOMITMEN DAN MOTIVASI
Menjadi guru yang efektif juga membutuhkan komitmen dan motivasi. Aspek ini mencakup sikap yang baik dan perhatian kepada murid. Komitmen sangat dibutuhkan dalam pengajaran, bagaimana guru memberikan tenaga dan pikiran untuk memberikan pengajaran yang dapat diterima oleh murid dengan baik. Guru yang efektif juga mempunyai kepercayaan diri terhadap kemampuan mereka dan tidak akan membiarkan emosi negatif melunturkan motivasi mereka.
Daftar Pustaka
Santrock, John, W. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Kencan Prenada Media Group
oleh: M Baitul Alim · Selasa, 6 Jul 2010 · 07:48 WIB
URGENSI MANAJEMEN KELAS GUNA MEWUJUDKAN GURU EFEKTIF
Kelas merupakan wahana paling dominan bagi terselenggaranya proses pembelajaran bagi peserta didik di sekolah. Kedudukan kelas yang begitu penting mengisyaratkan bahwa tenaga kependidikan yang profesional yang dikehendaki, terutama guru, harus profesional dalam mengelola kelas bagi terselenggaranya proses pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan efisien.(Sudarwan Danim, 2002: 161).
Kelas adalah "kekuasaan" terbesar guru. Maksudnya, entah ia seorang guru kelas atau guru mata pelajaran, ia mempunyai kekuasaan amat besar untuk mengelola kelasnya.(JC. Tukiman Taruna, 2002). Dalam proses penyelenggaraan pendidikan peranan guru sangat menentukan, seorang guru yang telah merencanakan proses pembelajaran di kelas, dituntut mampu mengenal, memahami, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan minat dan potensi anak didiknya agar mereka tidak merasakan pemaksaan selama pembelajaran berlangsung, oleh sebab itu guru di dalam kelas adalah seorang manajer yang mempunyai tugas dan tanggung jawab menciptakan, mengatur, dan mengelola kelas secara efektif dan menyenangkan.
Berhasil tidaknya pembaruan dalam pendidikan, entah di tingkat nasional maupun lokal, sangat bergantung pada interpretasi para guru terhadap kebijakan pembaruan tersebut dalam pertemuan mereka dengan siswa di dalam kelas. Pembaruan kurikulum di tingkat nasional, misalnya tidak akan efektif jika para guru tidak pernah menerapkannya di dalam kelas.
Hampir seluruh hasil survai mengenai keefektifan guru (teacher effectiveness) melaporkan bahwa keterampilan manajemen kelas (classroom management skills) menduduki posisi primer dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang diukur dari efektifitas proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fundamental dalam mendukung proses pembelajaran. Guru-guru yang rendah keterampilannya dalam bidang manajemen kelas, barangkali tidak dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas pokoknya. (Danim, 2002: 190).
Berangkat dari urgensi manajemen kelas bagi guru yang efektif di atas, makalah ini akan mengupas konsep dasar mengenai manajemen kelas serta bagaimana guru-guru hendaknya mengaplikasikan konsep tersebut dalam tataran praktis sehingga menjadi sosok guru yang efektif dalam proses pembelajaran.
B. MANAJEMEN KELAS DAN GURU EFEKTIF
1. Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah sebuah idiom yang dikonstruksi dari kata dasar manajemen dan kelas. Untuk memberikan pemahaman yang komprehensif perlu dijelaskan satu persatu definisi dari masing-masing.
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick sebagaimana dikutip oleh Nanang Fatah (2000:1) karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.
Meskipun cenderung mengarah pada satu fokus tertentu, para ahli masih berbeda pandangan dalam mendefinisikan manajemen dan karenanya belum dapat diterima secara universal. Namun demikian terdapat konsensus bahwa manajemen menyangkut derajat keterampilan tertentu.
Koontz dan Weihrich (1990:4) sebagaimana dikutip Danim (2002:164) mengemukakan definisi manajemen sebagai “the process of designing and maintaining an environment in which individuals working together in groups, efficiently accomplish selected aims.” Manajemen karenanya merupakan proses mendesain dan memelihara lingkungan, yang individunya bekerja bersama dalam kelompok untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien. Scanlan dan Key (1979:7) mendefinisikan manajemen sebagai proses pengoordinasian dan pengintegrasian semua sumber, baik manusia, fasilitas maupun sumber daya teknikal lain untuk mencapai berbagai tujuan khusus yang ditetapkan. Terry mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, aktuasi, pengawasan; baik sebagai ilmu maupun seni untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari definisi para ahli di atas, tampaknya pendekatan pengalaman manajer digunakan untuk memahami istilah manajemen. Manajemen di sini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen juga dipandang sebagai suatu proses yang melibatkan fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer, yaitu perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan (Leading), dan Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Sedangkan yang dimaksud dengan kelas (Classroom) terkandung beberapa pengertian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995), kelas didefinisikan sebagai ruang tempat belajar di sekolah. Hornby dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1986) mendefinisikan kelas (class) sebagai group of students taught together atau location when this group meets to be taught. Dengan demikian kelas merupakan sekelompok siswa yang diajar bersama atau suatu lokasi ketika kelompok itu menjalani proses pembelajaran pada tempat dan waktu yang diformat secara formal. Classroom, oleh Hornby (1986) didefinisikan sebagai room where a class of pupils or students is taught atau ruang tempat sekelompok siswa diajar atau menjalani proses pembelajaran. Pada tataran paling awam, kelas bermakna “tingkatan” untuk menunjukkan status atau posisi anak di sekolah tertentu, misalnya kelas I, kelas II, dan sebagainya.
Definisi kelas di atas tidak sepenuhnya relevan dijadikan acuan untuk menjelaskan tempat terjadinya proses pembelajaran, kecuali kalau proses pembelajaran diidentikkan dengan pertemuan kelas belaka. Dalam konteks interaksi guru dengan siswa, proses pembelajaran dapat terjadi di luar kelas, laboratorium, objek-objek bernilai sejarah, dan lain-lain. Kesemuannya itu menuntut pula kemampuan manajemen (management capability) bagi penciptaan proses pembelajaran.
Merujuk pada definisi manajemen dan kelas, Sudarwan Danim (2002:167-168) mendefinisikan manajemen kelas sebagai berikut:
a. Manajemen kelas adalah seni atau praksis (praktik dan strategi) kerja, yaitu guru bekerja secara individu, dengan atau melalui orang lain (semisal bekerja dengan sejawat atau siswa sendiri) untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Di sini sumber daya kelas merupakan instrument, proses pembelajaran sebagai inti dan hasil belajar sebagai muaranya.
b. Manajemen kelas adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh guru, baik individual maupun dengan atau melalui orang lain (semisal dengan sejawat atau siswa sendiri) untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.
c. Manajemen kelas adalah proses perencanaan, pengorganisasian, aktuasi, dan pengawasan yang dilakukan oleh guru, baik individual maupun dengan atau melalui orang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan cara memanfaatkan segala sumber daya yang ada.
Definisi manajemen kelas telah mengalami pergeseran secara paradigmatik meskipun esensi dan tujuannya relatif sama, yaitu terselenggaranya proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Efisiensi dan efektifitas pembelajaran diukur menurut nilai-nilai pendidikan yang dianut pada saat itu. Adapun nilai-nilai yang dimaksud bisa nilai-nilai perjuangan, kognitif, afeksi, solidaritas sosial, moralitas, keagamaan, dan sebagainya yang dikaitkan dengan sumber daya yang digunakan.
2. Perspektif Sejarah Manajemen Kelas
Konsep manajemen kelas hingga mencapai bentuknya sekarang telah menempuh perjalanan sejarah cukup panjang atau mengalami evolusi. Hal ini, antara lain ditentukan oleh pemikiran filosofis kependidikan, kemajuan budaya masyarakat, dan skema pemikiran mengenai makna kelas. (Danim, 2002:177). Kemajuan ilmu pengetahuan dan pengalaman bidang pendidikan turut berpengaruh. Lebih dari empat dekade terakhir ini, terutama sejak tahun 1960-an hingga sekarang, pendekatan atau metode yang dipakai dalam proses manajemen kelas telah mengalami perubahan cukup drastis, dengan tetap memosisikannya memiliki kaitan erat satu sama lain.
a. Pendekatan Konseling
Sejak tahun 1960-an hingga tahun 1970-an, fokus utama manajemen kelas adalah menciptakan kondisi disiplin siswa (students discipline) agar tetap pada relnya, kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
Jadi manajemen kelas berfokus pada penegakan disiplin anak didik. Siswa bermasalah atau yang berperilaku secara deviatif menjadi fokus perhatian. Dengan pendekatan konseling ini, siswa digiring kesadarannya untuk bertanggung jawab atas perilakunya dan mengembangkan rencana untuk meredusir kecenderungan tindakan yang tidak produktif. Guru berusaha untuk mengidentifikasi factor penyebab perilaku siswa yang menyimpang sekaligus mencari jawaban untuk memecahkan masalah tersebut secara konsepsional dan praktis.
b. Pendekatan Behavioristik
Inti pendekatan behavioristik adalah memodifikasi perilaku siswa yang dilakukan oleh guru. Perubahan perilaku ini sangat tergantung kepada kesadaran peserta didik. Sejak tahun 1970-an, kebanyakan pelatihan diberikan kepada guru berfokus pada upaya mencari pemecahan atas perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para siswa dengan jalan menerapkan teknik-teknik modifikasi perilaku (behavior modification techniques) menuju perilaku yang dikehendaki, tanpa mengabaikan kebebasan siswa.
c. Pendekatan Penelitian Keefektifan Guru
Setelah era pendekatan behavioristik pada 1970-an, pada era selanjutnya inisiatif dibuat dengan menonjolkan peran guru untuk menemukan konsep yang memungkinkan pencegahan terhadap perilaku menyimpang siswa. Pendekatan ini disebut teacher effectiveness research, penelitian kefektifan guru. Fokus utamanya terletak pada perilaku efektif guru dalam mengelola perilaku dan perbuatan siswa, khusunya berkaitan dengan (a) keterampilan guru dalam mengorganisasi dan mengelola aktifitas kelas; (b) keterampilan guru dalam menyajikan material belajar; (c) hubungan guru murid.
d. Pendekatan Keterampilan Guru dalam Pengorganisasian dan Pengelolaan
Intinya adalah bagaimana guru dapat mengorganisir dan mengelola kelas secara efektif, dengan kriteria keberhasilan, antara lain diukur dengan minimnya perilaku menyimpang dari kalangan siswa. Dengan kata lain, jika dikelola secara efektif, kelas akan berjalan secara smoothly. Di sini, kelas diorganisasikan sedemikian rupa. Siswa, guru bidang studi, guru kelas, dan wali kelas berada dalam kondisi sinergis. Setiap kegiatan di kelas dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang cermat. kepada anak didik pun ditanamkan apa tugas pokok dan fungsinya, siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
Menurut Lois V. Johnson dan Mary Bany (1970:9) pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru dalam memutuskan tindakan yang harus didasarkan pada pengertian tentang sifat-sifat kelas, kekuatan yang mendorong mereka (siswa) bertindak, selanjutnya berusaha untuk memahami dan mendiagnosis situasi kelas dan kemampuan untuk bertindak selektif serta kreatif untuk memperbaiki suasana (kondisi) kelas.
Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah suatu alat untuk mengembangkan kerjasama dan dinamika kelas yang stabil, kendatipun banyak gangguan dan perubahan dalam lingkungan. Fungsi pengelolaan kelas ditinjau dari analisis problem, menurut Lois V. Johnson dan Mary Bany (1970) adalah (a) memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas; (b) memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan dengan lancar.
Fungsi tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa tugas yang harus dilakukan guru dalam kegiatan pengelolaan kelas: (a) membantu kelompok dalam membagi tugas; (b) membantu pembentukan kelompok; (c) membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi; (d) membantu individu agar dapat bekerja sama dalam kelompok atau kelas; (e) membantu prosedur kerja; dan (f) mengubah kondisi kelas.
3. Faktor Penentu Efektifitas Manajemen Kelas
Peningkatan kemampuan dan keahlian guru dalam bidang subject matter dan metodologi pembelajaran adalah esensial. Ketika kondisi sekolah semakin kompleks, ukuran rombongan belajar semakin membengkak, beban mengajar dan belajar semakin intensif dan ekstensif, sumber dan fasilitas pembelajaran semakin modern, tingkat stress dan keteralienasian semakin menggejala, dan prosedur kerja makin perlu dipercanggih, maka terminologi pengajaran yang dikenal selama ini mengalami perluasan makna, yaitu makin lazim disebut manajemen kelas. Implisit di sini, inisiatif guru untuk meningkat efektifitas pembelajaran minimal satu tingkat lebih baik dari pada sebelumnya meniscayakan kapasitasnya untuk memotivasi dan mengelola siswa secara signifikan.
Sejalan dengan itu, penelitian mengenai bagaimana kelas dapat dikelola semakin memekarkan wajahnya, lebih dari sekedar berfokus pada perilaku siswa dan proses belajarnya. Perilaku belajar dan proses belajar memang penting, namun demikian, tidak kalah pentingnya, bahkan yang lebih penting adalah bagaimana guru dapat mengelola kelas secara efektif dan efisien, antara lain bagi penciptaan metode untuk memfasilitasi siswa agar berperilaku positif dan berprestasi tinggi.
Dari hasil riset yang dilakukan sekitar tahun 1980-an hingga tahun 1990-an, secara ringkas dapat dijelaskan mengenai faktor utama (major factor) atau area keterampilan yang terpaut dengan manajemen kelas yang efektif. (Danim, 2002:187) Kelima faktor tersebut meliputi:
a. Pengembangan soliditas pemahaman personal atau psikologis siswa dan kebutuhan-kebutuhan belajar.
b. Pemapanan hubungan positif antara guru dan siswa serta antar siswa untuk membantu menemukan kebutuhan dasar psikologis siswa.
c. Pengimplementasian metodologi pengajaran yang memfasilitasi belajar optimal dengan jalan member respon terhadap kebutuhan-kebutuhan akademik (academic needs) siswa dan kelompok kelas.
d. Penggunaan metode organisasi dan pengelolaan kelompok yang dapat memaksimalkan perilaku tugas (on task behavior) siswa.
e. Penggunaan metode-metode konseling dan penataan perilaku yang diperluas untuk membantu siswa yang tidak tepat dalam menjawab soal-soal ujian atau mengalami misperilaku.
Tidak mudah bagi guru untuk mengimplementasikan berbagai tuntutan dengan metode yang benar-benar mengakar. Sangat mungkin mereka akan menjalankan rekomendasi tersebut secara selektif, dengan memperhatikan kondisi riel gaya mengajarnya, tujuan belajar, kebutuhan siswa dan berbagai variabel kontekstual lainnya. Hal ini karena tidak setiap hasil penelitian dapat di terapkan pada semua situasi.
Meskipun demikian, ada beberapa hal yang harus dipahami oleh seorang guru kalau dia ingin tampil efektif. Dalam kaitan ini, ia harus dirangsang dan terutama merangsang diri untuk memahami variable-variabel kontekstual yang diduga berpengaruh terhadap efektifitas perbuatan mengajar, seperti tujuan pengajaran, usia anak, masalah gender, tingkat sosial ekonomi, budaya dan kapasitas kognitifnya. Seperti dikemukakan Everton (1976) pengajaran yang efektif menuntut kemampuan guru untuk mengimplementasikan sederetan dimensi yang luas dari diagnostic, pengajaran, manajerial, keterampilan terapi, merajut perilaku pada konteks dan situasi khusus hingga kebutuhan-kebutuhan spesifik menurut momennya. Situasi ini semakin menegaskan bahwa kemampuan dalam bidang manajemen, dalam hal ini manajemen kelas, merupakan salah satu syarat guru yang efektif.
4. Langkah-langkah Aplikatif Menjadi Manajer Kelas yang Efektif
Menurut Sukarna (2009), Untuk meningkatkan kemampuan guru sebagai manajer kelas, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan yaitu pertama, bertindak sebagai pengasuh, teladan, dan pembimbing. Seorang guru harus memperlakukan siswa dengan penuh cinta dan rasa hormat, mengondisikan terciptanya keteladanan yang baik, mendukung perilaku sosial yang positif, dan memperbaiki perilaku yang merusak.
Kedua, menciptakan sebuah komunitas moral. Para guru semestinya membantu siswa untuk dapat saling menghargai dan memandang setiap siswa sebagai pribadi yang unik. Menciptakan komunitas moral seperti ini tidak mudah mengingat tekanan kelompok sebaya bisa sangat kuat terjadi di dalam kelas. Kultur menyontek, misalnya, akan membuat mereka yang berusaha menghayati nilai-nilai kejujuran tersingkirkan, sebab tekanan kelompok sebaya di dalam komunitas begitu kental. Situasi seperti ini bisa diperbarui ketika guru mampu menciptakan komunitas moral di dalam kelas.
Ketiga, menegakkan disiplin moral melalui pelaksanaan kesepakatan yang telah ditentukan sebagai aturan main bersama. Tegaknya peraturan moral di dalam kelas menjadi sebuah kesempatan bagi para siswa untuk menguji dan memaknai perilaku bersama tadi melalui penalaran mereka sehingga mereka dapat menghayati kebebasan mereka selaras dengan kesepakatan bersama tadi. Siswa pada akhirnya akan mengerti bahwa peraturan itu, meskipun mengikat mereka, tidaklah membatasi kebebasan mereka. Sebaliknya, mereka belajar mengerti bahwa hidup bersama memerlukan sebuah penghayatan dan kebebasan yang bertanggung jawab bagi yang lain, sebab hanya dengan cara demikian mereka dapat menghargai satu sama lain.
Keempat, menciptakan sebuah lingkungan kelas yang demokratis, dengan cara melibatkan para siswa dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab bagi terbentuknya kelas sebagai tempat belajar yang menyenangkan. Untuk inilah dalam setiap proses pembelajaran perlu diusahakan bahwa dalam hal pendalaman materi, setiap siswa dapat memiliki otonomi, dalam arti, mereka memiliki alternative pilihan materi yang akan diajarkan.
Kelima, mempergunakan metode pembelajaran melalui kerja sama agar siswa semakin mampu mengembangkan kemampuan mereka dalam memberikan apresiasi atas pendapat orang lain, berani memiliki pendapat sendiri, mau dan mampu bekerja sama dengan yang lain demi berhasilnya tujuan bersama.
Keenam, membangun sebuah rasa tanggung jawab bagi pembentukan diri dalam diri siswa dengan cara memberikan penghargaan atas kesediaan para siswa untuk belajar, menyemangati kemampuan mereka untuk dapat bekerja keras, memiliki komitmen pada keunggulan, dan penghayatan akan nilai kerja yang dapat mempengaruhi kehidupan orang lain.
Ketujuh, mengajak siswa agar berani memikirkan dan mengolah persoalan yang berkaitan dengan konflik moral, melalui bacaan, penelitian, penulisan esai, kliping Koran, diskusi, debat, apresiasi film dan lain-lain.
Kedelapan, melatih siswa untuk belajar memecahkan konflik yang muncul secara adil dan damai tanpa kekerasan sehingga para siswa memperoleh keterampilan moral esensial ketika harus menghadapi persoalan serupa di dalam hidup mereka. Keterampilan menjadi mediator, penengah, dan pemecah konflik semakin mendesak untuk dilatihkan dalam diri siswa mengingat bangsa Indonesia banyak tercabik-cabik oleh berbagai macam konflik yang berlatar belakang etnis, politis, bahkan keagamaan. Maraknya tawuran pelajar, misalnya, membutuhkan niat baik bagi setiap pihak, bukan hanya individu sebagai pribadi, atau antarsiswa yang berkelahi, melainkan mesti melibatkan dialog kelembagaan, didukung unsur-unsur masyarakat, dan pihak yang berwenang sehingga terjadi dialog dan pemecahan persoalan tawuran pelajar secara damai dan adil.
Kedelapan elemen di atas merupakan hal-hal penting yang dapat diimplementasikan para guru sebagai manajer kelas demi terwujudnya efektifitas manajemen di dalam kelas
Sementara itu, Taruna (2002) mengemukakan bahwa Perbaikan manajemen kelas adalah tanggung jawab guru, dan hal itu dapat dilakukan oleh setiap guru jika: (1) guru mengerti benar tujuan dan fungsi belajar, (2) mengenali murid secara individu, bukan sebagai massa, (3) pembelajaran diselenggarakan baik secara klasikal, kelompok, bahkan individual, (4) kelas dikembangkan untuk berpikir kritis (bukan hanya menghapal) dan selalu dirangsang untuk memecahkan masalah, (5) bersama murid menciptakan kelas sebagai ruangan yang membuat kerasan bersama, (6) lingkungan sekitar kelas/sekolah dimanfaatkan juga untuk kegiatan pembelajaran, (7) guru memberi umpan balik yang baik dan memadai untuk setiap pekerjaan murid agar murid-murid selain terdorong kegiatan belajarnya, dan (8) guru benar-benar merangsang aktivitas murid untuk aktif dalam hal berfikir, bukannya sekadar aktif asal banyak kesibukan.
5. Pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Kinerja manajemen kelas yang efektif, antara lain tercermin dalam bentuk keberhasilan guru dalam mengkreasi lingkungan belajar secara positif (creative positive learning environment) dan memberdayakan siswa (empowering students) untuk memahami dan menjadi efektif dalam melibatkan diri pada proses pengelolaan kelas dan proses pembelajaran.
Dalam rangka menciptakan lingkungan belajar yang positif dan penguatan siswa, dapat dikembangkan system reward and punishment yang edukatif yang bermartabat dan tidak “membunuh” motivasi siswa. Justru perlu dikembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga siswa mengalami pembelajaran aktif yang menyenangkan serta ditumbuhkan motivasinya. (Haris Mudjiman, 2007:107-127).
Adalah realitas bahwa masalah serius yang terjadi di sekolah-sekolah saat ini, besar atau kecil, disebabkan oleh masalah-masalah manajemen, khususnya manajemen kelas yang belum mampu merespon tuntutan untuk menjadikan manusia secara selayaknya (human being) atau ingin menciptakan proses pembelajaran pada tingkat kinerja yang diinginkan. Sosok ideal ini memang tidak menjadi tanggung jawab guru sepenuhnya, melainkan juga tanggung jawab kepala sekolah, special educator, pelatih, ahli psikologi, bahkan peneliti. Keberadaan sekolah sebagai institusi public service dituntut memberikan layanan prima kepada peserta didik tidak sebatas yang berdimensi kuantitatif tetapi lebih kepada kualitatif sehingga potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal. (Stephen J Knezevich, 1984).
Ringkasnya, esensi dan ekstensi manajemen kelas dalam memfasilitasi proses pembelajaran yang kondusif tidak lagi didudukkan pada posisi yang sekunder, melainkan menjadi pemeran yang utama. Pemikiran ini menuntut adanya cara dan metode baru bagi guru untuk mengelola kelasnya secara efektif dan inovatif. Hasil penelitian yang kontemporer mengenai manajemen kelas merekomendasikan beberapa metode inovatif atau orientasi baru yang menjadi fokus kerja manajemen kelas. Beberapa di antaranya meliputi berikut ini:
a. Perhatian yang lebih besar pada aspek pendidikan multikultural dan isu-isu jender.
b. Pengembangan fokus ke arah pencerahan kebutuhan siswa, gaya belajar, kultur pembelajaran, dan metode pengelolaan perilaku yang digunakan di kelas.
c. Pengembangan ke arah keterlibatan siswa secara aktif dalam memahami dan mengambil tanggung jawab bagi lingkungan belajarnya dan untuk mendemonstrasikan perilaku positif.
d. Pengembangan studi kasus mengenai bagaimana menciptakan sosok manajemen kelas yang efektif atau bagaimana menimba pengalaman dari kinerja manajemen kelas yang baik yang pernah ditampilkan.
e. Perluasan rencana-rencana baru dalam kerangka membangun manajemen kelas yang efektif, serta penentuan strategi proses dan metode yang akurat untuk mengimplementasikannya.
f. Gagasan-gagasan baru mengenai cara guru bekerja untuk memecahkan masalah-masalah perilaku khusus yang dialami oleh siswa dalam keseluruhan mainstreams kehidupan untuk dimanipulasi menjadi potensi kondusif di dalam dan di lingkungan kelas. (Danim, 2002: 189-190)
C. PENUTUP
1. Simpulan
Dari paparan konseptual dan analisis mengenai manajemen kelas dan guru efektif, dapat diambil simpulan sebagai berikut:
a. Secara definitif manajemen kelas telah mengalami pergeseran makna yaitu berfokus pada terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif dan efisien yang diukur menurut nilai-nilai pendidikan yang dianut. Manajemen kelas tidak lagi dipahami sebagai usaha guru untuk mempertahankan disiplin atau ketertiban kelas, sebagaimana konsep tradisional yang mengarah kepada pola otoriter di mana guru menjadi aktor sentral dari semua interaksi pembelajaran. Konsep modern memandang manajemen kelas sebagai proses mengorganisasikan segala sumber daya kelas bagi terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien. Sumber daya itu diorganisasikan untuk memecahkan aneka masalah yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran sekaligus membangun situasi kelas yang kondusif secara terus-menerus. Tugas guru adalah menciptakan, memperbaiki, dan memelihara situasi kelas yang cerdas. Situasi yang cerdas itulah yang mendukung peserta didik untuk mengukur, mengembangkan, dan memelihara stabilitas kemampuan, bakat, minat, dan energi yang dimilikinya dalam rangka menjalankan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.
b. Manajemen kelas yang efektif di samping ditentukan oleh penguasaan subject matter dan metodologi pembelajaran, juga ditopang oleh pemahaman personal/psikologis siswa, hubungan positif antara guru-siswa dan antar siswa, implementasi metodologi pengajaran yang fasilitatif terhadap kebutuhan akademik siswa, pengelolaan dinamika kelompok dan penggunaan metode konseling untuk membantu siswa.
c. Kinerja manajemen kelas yang efektif, antara lain tercermin dalam bentuk keberhasilan guru dalam mengkreasi lingkungan belajar secara positif (creative positive learning environment) dan memberdayakan siswa (empowering students) untuk memahami dan menjadi efektif dalam melibatkan diri pada proses pengelolaan kelas dan proses pembelajaran.
d. Keterampilan manajemen kelas (classroom management skills) menduduki posisi yang sangat urgen dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang diukur dari efektifitas proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fundamental dalam mendukung proses pembelajaran.
2. Penutup
Demikian makalah sederhana ini kami susun, tentunya banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu saran, masukan dan kritik konstruktif kami sangat harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
BIBLIOGRAFI
Danim, Sudarwan., 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Fattah, Nanang., 2000. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Hornby, A.S., 1996.,Oxford Advanced Learner Dictionary. Great Britain: Oxford University Press.
http://gurukreatif.wordpress.com/
Johnson, Lois V., Mary A. Bany.,1970. Classroom Management, Pengelolaan kelas. Terj. Made Pidarta. Surabaya: Usaha Nasional.
Knezevich, Stephen J., 1984. Administration of Public Education. New York: Harper & Row, Pblishers
Korina, 2008.,Tugas dan Peran Guru dalam Manajemen Sekolah, dalam http://manajemensekolah.teknodik.net/?p=823
Mujiman, Haris., 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Popham, W. James, Eva L. Baker.,2001. Establising Instructional Goals and Systematic Instruction. Teknik Mengajar secara Sistematis. Terj. Amirul Hadi dkk.,Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sukarna, Atep Hasan., 2009. Efektifitas manajemen Kelas, dalam. http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/8493/efektifitas-manajemen-kelas
Taruna, JC Tukiman, 2002. Perbaikan Manajemen Kelas Susul Kenaikan Tunjangan Fungsional, diakses dari internet.
Kelas adalah "kekuasaan" terbesar guru. Maksudnya, entah ia seorang guru kelas atau guru mata pelajaran, ia mempunyai kekuasaan amat besar untuk mengelola kelasnya.(JC. Tukiman Taruna, 2002). Dalam proses penyelenggaraan pendidikan peranan guru sangat menentukan, seorang guru yang telah merencanakan proses pembelajaran di kelas, dituntut mampu mengenal, memahami, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan minat dan potensi anak didiknya agar mereka tidak merasakan pemaksaan selama pembelajaran berlangsung, oleh sebab itu guru di dalam kelas adalah seorang manajer yang mempunyai tugas dan tanggung jawab menciptakan, mengatur, dan mengelola kelas secara efektif dan menyenangkan.
Berhasil tidaknya pembaruan dalam pendidikan, entah di tingkat nasional maupun lokal, sangat bergantung pada interpretasi para guru terhadap kebijakan pembaruan tersebut dalam pertemuan mereka dengan siswa di dalam kelas. Pembaruan kurikulum di tingkat nasional, misalnya tidak akan efektif jika para guru tidak pernah menerapkannya di dalam kelas.
Hampir seluruh hasil survai mengenai keefektifan guru (teacher effectiveness) melaporkan bahwa keterampilan manajemen kelas (classroom management skills) menduduki posisi primer dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang diukur dari efektifitas proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fundamental dalam mendukung proses pembelajaran. Guru-guru yang rendah keterampilannya dalam bidang manajemen kelas, barangkali tidak dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas pokoknya. (Danim, 2002: 190).
Berangkat dari urgensi manajemen kelas bagi guru yang efektif di atas, makalah ini akan mengupas konsep dasar mengenai manajemen kelas serta bagaimana guru-guru hendaknya mengaplikasikan konsep tersebut dalam tataran praktis sehingga menjadi sosok guru yang efektif dalam proses pembelajaran.
B. MANAJEMEN KELAS DAN GURU EFEKTIF
1. Pengertian Manajemen Kelas
Manajemen kelas adalah sebuah idiom yang dikonstruksi dari kata dasar manajemen dan kelas. Untuk memberikan pemahaman yang komprehensif perlu dijelaskan satu persatu definisi dari masing-masing.
Manajemen sering diartikan sebagai ilmu, kiat dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther Gulick sebagaimana dikutip oleh Nanang Fatah (2000:1) karena manajemen dipandang sebagai suatu bidang pengetahuan yang secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja sama. Dikatakan sebagai kiat oleh Follet karena manajemen mencapai sasaran melalui cara-cara dengan mengatur orang lain dalam menjalankan tugas. Dipandang sebagai profesi karena manajemen dilandasi oleh keahlian khusus untuk mencapai suatu prestasi manajer, dan para profesional dituntun oleh suatu kode etik.
Meskipun cenderung mengarah pada satu fokus tertentu, para ahli masih berbeda pandangan dalam mendefinisikan manajemen dan karenanya belum dapat diterima secara universal. Namun demikian terdapat konsensus bahwa manajemen menyangkut derajat keterampilan tertentu.
Koontz dan Weihrich (1990:4) sebagaimana dikutip Danim (2002:164) mengemukakan definisi manajemen sebagai “the process of designing and maintaining an environment in which individuals working together in groups, efficiently accomplish selected aims.” Manajemen karenanya merupakan proses mendesain dan memelihara lingkungan, yang individunya bekerja bersama dalam kelompok untuk mencapai tujuan tertentu secara efisien. Scanlan dan Key (1979:7) mendefinisikan manajemen sebagai proses pengoordinasian dan pengintegrasian semua sumber, baik manusia, fasilitas maupun sumber daya teknikal lain untuk mencapai berbagai tujuan khusus yang ditetapkan. Terry mendefinisikan manajemen sebagai proses perencanaan, pengorganisasian, aktuasi, pengawasan; baik sebagai ilmu maupun seni untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
Dari definisi para ahli di atas, tampaknya pendekatan pengalaman manajer digunakan untuk memahami istilah manajemen. Manajemen di sini dilihat sebagai suatu sistem yang setiap komponennya menampilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan. Manajemen juga dipandang sebagai suatu proses yang melibatkan fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer, yaitu perencanaan (Planning), Pengorganisasian (Organizing), Pemimpinan (Leading), dan Pengawasan (Controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
Sedangkan yang dimaksud dengan kelas (Classroom) terkandung beberapa pengertian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995), kelas didefinisikan sebagai ruang tempat belajar di sekolah. Hornby dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1986) mendefinisikan kelas (class) sebagai group of students taught together atau location when this group meets to be taught. Dengan demikian kelas merupakan sekelompok siswa yang diajar bersama atau suatu lokasi ketika kelompok itu menjalani proses pembelajaran pada tempat dan waktu yang diformat secara formal. Classroom, oleh Hornby (1986) didefinisikan sebagai room where a class of pupils or students is taught atau ruang tempat sekelompok siswa diajar atau menjalani proses pembelajaran. Pada tataran paling awam, kelas bermakna “tingkatan” untuk menunjukkan status atau posisi anak di sekolah tertentu, misalnya kelas I, kelas II, dan sebagainya.
Definisi kelas di atas tidak sepenuhnya relevan dijadikan acuan untuk menjelaskan tempat terjadinya proses pembelajaran, kecuali kalau proses pembelajaran diidentikkan dengan pertemuan kelas belaka. Dalam konteks interaksi guru dengan siswa, proses pembelajaran dapat terjadi di luar kelas, laboratorium, objek-objek bernilai sejarah, dan lain-lain. Kesemuannya itu menuntut pula kemampuan manajemen (management capability) bagi penciptaan proses pembelajaran.
Merujuk pada definisi manajemen dan kelas, Sudarwan Danim (2002:167-168) mendefinisikan manajemen kelas sebagai berikut:
a. Manajemen kelas adalah seni atau praksis (praktik dan strategi) kerja, yaitu guru bekerja secara individu, dengan atau melalui orang lain (semisal bekerja dengan sejawat atau siswa sendiri) untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Di sini sumber daya kelas merupakan instrument, proses pembelajaran sebagai inti dan hasil belajar sebagai muaranya.
b. Manajemen kelas adalah proses perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang dilakukan oleh guru, baik individual maupun dengan atau melalui orang lain (semisal dengan sejawat atau siswa sendiri) untuk mengoptimalkan proses pembelajaran.
c. Manajemen kelas adalah proses perencanaan, pengorganisasian, aktuasi, dan pengawasan yang dilakukan oleh guru, baik individual maupun dengan atau melalui orang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan cara memanfaatkan segala sumber daya yang ada.
Definisi manajemen kelas telah mengalami pergeseran secara paradigmatik meskipun esensi dan tujuannya relatif sama, yaitu terselenggaranya proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Efisiensi dan efektifitas pembelajaran diukur menurut nilai-nilai pendidikan yang dianut pada saat itu. Adapun nilai-nilai yang dimaksud bisa nilai-nilai perjuangan, kognitif, afeksi, solidaritas sosial, moralitas, keagamaan, dan sebagainya yang dikaitkan dengan sumber daya yang digunakan.
2. Perspektif Sejarah Manajemen Kelas
Konsep manajemen kelas hingga mencapai bentuknya sekarang telah menempuh perjalanan sejarah cukup panjang atau mengalami evolusi. Hal ini, antara lain ditentukan oleh pemikiran filosofis kependidikan, kemajuan budaya masyarakat, dan skema pemikiran mengenai makna kelas. (Danim, 2002:177). Kemajuan ilmu pengetahuan dan pengalaman bidang pendidikan turut berpengaruh. Lebih dari empat dekade terakhir ini, terutama sejak tahun 1960-an hingga sekarang, pendekatan atau metode yang dipakai dalam proses manajemen kelas telah mengalami perubahan cukup drastis, dengan tetap memosisikannya memiliki kaitan erat satu sama lain.
a. Pendekatan Konseling
Sejak tahun 1960-an hingga tahun 1970-an, fokus utama manajemen kelas adalah menciptakan kondisi disiplin siswa (students discipline) agar tetap pada relnya, kondusif bagi kegiatan pembelajaran.
Jadi manajemen kelas berfokus pada penegakan disiplin anak didik. Siswa bermasalah atau yang berperilaku secara deviatif menjadi fokus perhatian. Dengan pendekatan konseling ini, siswa digiring kesadarannya untuk bertanggung jawab atas perilakunya dan mengembangkan rencana untuk meredusir kecenderungan tindakan yang tidak produktif. Guru berusaha untuk mengidentifikasi factor penyebab perilaku siswa yang menyimpang sekaligus mencari jawaban untuk memecahkan masalah tersebut secara konsepsional dan praktis.
b. Pendekatan Behavioristik
Inti pendekatan behavioristik adalah memodifikasi perilaku siswa yang dilakukan oleh guru. Perubahan perilaku ini sangat tergantung kepada kesadaran peserta didik. Sejak tahun 1970-an, kebanyakan pelatihan diberikan kepada guru berfokus pada upaya mencari pemecahan atas perilaku menyimpang yang dilakukan oleh para siswa dengan jalan menerapkan teknik-teknik modifikasi perilaku (behavior modification techniques) menuju perilaku yang dikehendaki, tanpa mengabaikan kebebasan siswa.
c. Pendekatan Penelitian Keefektifan Guru
Setelah era pendekatan behavioristik pada 1970-an, pada era selanjutnya inisiatif dibuat dengan menonjolkan peran guru untuk menemukan konsep yang memungkinkan pencegahan terhadap perilaku menyimpang siswa. Pendekatan ini disebut teacher effectiveness research, penelitian kefektifan guru. Fokus utamanya terletak pada perilaku efektif guru dalam mengelola perilaku dan perbuatan siswa, khusunya berkaitan dengan (a) keterampilan guru dalam mengorganisasi dan mengelola aktifitas kelas; (b) keterampilan guru dalam menyajikan material belajar; (c) hubungan guru murid.
d. Pendekatan Keterampilan Guru dalam Pengorganisasian dan Pengelolaan
Intinya adalah bagaimana guru dapat mengorganisir dan mengelola kelas secara efektif, dengan kriteria keberhasilan, antara lain diukur dengan minimnya perilaku menyimpang dari kalangan siswa. Dengan kata lain, jika dikelola secara efektif, kelas akan berjalan secara smoothly. Di sini, kelas diorganisasikan sedemikian rupa. Siswa, guru bidang studi, guru kelas, dan wali kelas berada dalam kondisi sinergis. Setiap kegiatan di kelas dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi yang cermat. kepada anak didik pun ditanamkan apa tugas pokok dan fungsinya, siapa mengerjakan apa dan siapa bertanggung jawab kepada siapa.
Menurut Lois V. Johnson dan Mary Bany (1970:9) pengelolaan kelas merupakan keterampilan guru dalam memutuskan tindakan yang harus didasarkan pada pengertian tentang sifat-sifat kelas, kekuatan yang mendorong mereka (siswa) bertindak, selanjutnya berusaha untuk memahami dan mendiagnosis situasi kelas dan kemampuan untuk bertindak selektif serta kreatif untuk memperbaiki suasana (kondisi) kelas.
Dengan demikian, pengelolaan kelas adalah suatu alat untuk mengembangkan kerjasama dan dinamika kelas yang stabil, kendatipun banyak gangguan dan perubahan dalam lingkungan. Fungsi pengelolaan kelas ditinjau dari analisis problem, menurut Lois V. Johnson dan Mary Bany (1970) adalah (a) memberi dan melengkapi fasilitas untuk segala macam tugas; (b) memelihara agar tugas-tugas itu dapat berjalan dengan lancar.
Fungsi tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa tugas yang harus dilakukan guru dalam kegiatan pengelolaan kelas: (a) membantu kelompok dalam membagi tugas; (b) membantu pembentukan kelompok; (c) membantu kerjasama dalam menemukan tujuan-tujuan organisasi; (d) membantu individu agar dapat bekerja sama dalam kelompok atau kelas; (e) membantu prosedur kerja; dan (f) mengubah kondisi kelas.
3. Faktor Penentu Efektifitas Manajemen Kelas
Peningkatan kemampuan dan keahlian guru dalam bidang subject matter dan metodologi pembelajaran adalah esensial. Ketika kondisi sekolah semakin kompleks, ukuran rombongan belajar semakin membengkak, beban mengajar dan belajar semakin intensif dan ekstensif, sumber dan fasilitas pembelajaran semakin modern, tingkat stress dan keteralienasian semakin menggejala, dan prosedur kerja makin perlu dipercanggih, maka terminologi pengajaran yang dikenal selama ini mengalami perluasan makna, yaitu makin lazim disebut manajemen kelas. Implisit di sini, inisiatif guru untuk meningkat efektifitas pembelajaran minimal satu tingkat lebih baik dari pada sebelumnya meniscayakan kapasitasnya untuk memotivasi dan mengelola siswa secara signifikan.
Sejalan dengan itu, penelitian mengenai bagaimana kelas dapat dikelola semakin memekarkan wajahnya, lebih dari sekedar berfokus pada perilaku siswa dan proses belajarnya. Perilaku belajar dan proses belajar memang penting, namun demikian, tidak kalah pentingnya, bahkan yang lebih penting adalah bagaimana guru dapat mengelola kelas secara efektif dan efisien, antara lain bagi penciptaan metode untuk memfasilitasi siswa agar berperilaku positif dan berprestasi tinggi.
Dari hasil riset yang dilakukan sekitar tahun 1980-an hingga tahun 1990-an, secara ringkas dapat dijelaskan mengenai faktor utama (major factor) atau area keterampilan yang terpaut dengan manajemen kelas yang efektif. (Danim, 2002:187) Kelima faktor tersebut meliputi:
a. Pengembangan soliditas pemahaman personal atau psikologis siswa dan kebutuhan-kebutuhan belajar.
b. Pemapanan hubungan positif antara guru dan siswa serta antar siswa untuk membantu menemukan kebutuhan dasar psikologis siswa.
c. Pengimplementasian metodologi pengajaran yang memfasilitasi belajar optimal dengan jalan member respon terhadap kebutuhan-kebutuhan akademik (academic needs) siswa dan kelompok kelas.
d. Penggunaan metode organisasi dan pengelolaan kelompok yang dapat memaksimalkan perilaku tugas (on task behavior) siswa.
e. Penggunaan metode-metode konseling dan penataan perilaku yang diperluas untuk membantu siswa yang tidak tepat dalam menjawab soal-soal ujian atau mengalami misperilaku.
Tidak mudah bagi guru untuk mengimplementasikan berbagai tuntutan dengan metode yang benar-benar mengakar. Sangat mungkin mereka akan menjalankan rekomendasi tersebut secara selektif, dengan memperhatikan kondisi riel gaya mengajarnya, tujuan belajar, kebutuhan siswa dan berbagai variabel kontekstual lainnya. Hal ini karena tidak setiap hasil penelitian dapat di terapkan pada semua situasi.
Meskipun demikian, ada beberapa hal yang harus dipahami oleh seorang guru kalau dia ingin tampil efektif. Dalam kaitan ini, ia harus dirangsang dan terutama merangsang diri untuk memahami variable-variabel kontekstual yang diduga berpengaruh terhadap efektifitas perbuatan mengajar, seperti tujuan pengajaran, usia anak, masalah gender, tingkat sosial ekonomi, budaya dan kapasitas kognitifnya. Seperti dikemukakan Everton (1976) pengajaran yang efektif menuntut kemampuan guru untuk mengimplementasikan sederetan dimensi yang luas dari diagnostic, pengajaran, manajerial, keterampilan terapi, merajut perilaku pada konteks dan situasi khusus hingga kebutuhan-kebutuhan spesifik menurut momennya. Situasi ini semakin menegaskan bahwa kemampuan dalam bidang manajemen, dalam hal ini manajemen kelas, merupakan salah satu syarat guru yang efektif.
4. Langkah-langkah Aplikatif Menjadi Manajer Kelas yang Efektif
Menurut Sukarna (2009), Untuk meningkatkan kemampuan guru sebagai manajer kelas, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan yaitu pertama, bertindak sebagai pengasuh, teladan, dan pembimbing. Seorang guru harus memperlakukan siswa dengan penuh cinta dan rasa hormat, mengondisikan terciptanya keteladanan yang baik, mendukung perilaku sosial yang positif, dan memperbaiki perilaku yang merusak.
Kedua, menciptakan sebuah komunitas moral. Para guru semestinya membantu siswa untuk dapat saling menghargai dan memandang setiap siswa sebagai pribadi yang unik. Menciptakan komunitas moral seperti ini tidak mudah mengingat tekanan kelompok sebaya bisa sangat kuat terjadi di dalam kelas. Kultur menyontek, misalnya, akan membuat mereka yang berusaha menghayati nilai-nilai kejujuran tersingkirkan, sebab tekanan kelompok sebaya di dalam komunitas begitu kental. Situasi seperti ini bisa diperbarui ketika guru mampu menciptakan komunitas moral di dalam kelas.
Ketiga, menegakkan disiplin moral melalui pelaksanaan kesepakatan yang telah ditentukan sebagai aturan main bersama. Tegaknya peraturan moral di dalam kelas menjadi sebuah kesempatan bagi para siswa untuk menguji dan memaknai perilaku bersama tadi melalui penalaran mereka sehingga mereka dapat menghayati kebebasan mereka selaras dengan kesepakatan bersama tadi. Siswa pada akhirnya akan mengerti bahwa peraturan itu, meskipun mengikat mereka, tidaklah membatasi kebebasan mereka. Sebaliknya, mereka belajar mengerti bahwa hidup bersama memerlukan sebuah penghayatan dan kebebasan yang bertanggung jawab bagi yang lain, sebab hanya dengan cara demikian mereka dapat menghargai satu sama lain.
Keempat, menciptakan sebuah lingkungan kelas yang demokratis, dengan cara melibatkan para siswa dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab bagi terbentuknya kelas sebagai tempat belajar yang menyenangkan. Untuk inilah dalam setiap proses pembelajaran perlu diusahakan bahwa dalam hal pendalaman materi, setiap siswa dapat memiliki otonomi, dalam arti, mereka memiliki alternative pilihan materi yang akan diajarkan.
Kelima, mempergunakan metode pembelajaran melalui kerja sama agar siswa semakin mampu mengembangkan kemampuan mereka dalam memberikan apresiasi atas pendapat orang lain, berani memiliki pendapat sendiri, mau dan mampu bekerja sama dengan yang lain demi berhasilnya tujuan bersama.
Keenam, membangun sebuah rasa tanggung jawab bagi pembentukan diri dalam diri siswa dengan cara memberikan penghargaan atas kesediaan para siswa untuk belajar, menyemangati kemampuan mereka untuk dapat bekerja keras, memiliki komitmen pada keunggulan, dan penghayatan akan nilai kerja yang dapat mempengaruhi kehidupan orang lain.
Ketujuh, mengajak siswa agar berani memikirkan dan mengolah persoalan yang berkaitan dengan konflik moral, melalui bacaan, penelitian, penulisan esai, kliping Koran, diskusi, debat, apresiasi film dan lain-lain.
Kedelapan, melatih siswa untuk belajar memecahkan konflik yang muncul secara adil dan damai tanpa kekerasan sehingga para siswa memperoleh keterampilan moral esensial ketika harus menghadapi persoalan serupa di dalam hidup mereka. Keterampilan menjadi mediator, penengah, dan pemecah konflik semakin mendesak untuk dilatihkan dalam diri siswa mengingat bangsa Indonesia banyak tercabik-cabik oleh berbagai macam konflik yang berlatar belakang etnis, politis, bahkan keagamaan. Maraknya tawuran pelajar, misalnya, membutuhkan niat baik bagi setiap pihak, bukan hanya individu sebagai pribadi, atau antarsiswa yang berkelahi, melainkan mesti melibatkan dialog kelembagaan, didukung unsur-unsur masyarakat, dan pihak yang berwenang sehingga terjadi dialog dan pemecahan persoalan tawuran pelajar secara damai dan adil.
Kedelapan elemen di atas merupakan hal-hal penting yang dapat diimplementasikan para guru sebagai manajer kelas demi terwujudnya efektifitas manajemen di dalam kelas
Sementara itu, Taruna (2002) mengemukakan bahwa Perbaikan manajemen kelas adalah tanggung jawab guru, dan hal itu dapat dilakukan oleh setiap guru jika: (1) guru mengerti benar tujuan dan fungsi belajar, (2) mengenali murid secara individu, bukan sebagai massa, (3) pembelajaran diselenggarakan baik secara klasikal, kelompok, bahkan individual, (4) kelas dikembangkan untuk berpikir kritis (bukan hanya menghapal) dan selalu dirangsang untuk memecahkan masalah, (5) bersama murid menciptakan kelas sebagai ruangan yang membuat kerasan bersama, (6) lingkungan sekitar kelas/sekolah dimanfaatkan juga untuk kegiatan pembelajaran, (7) guru memberi umpan balik yang baik dan memadai untuk setiap pekerjaan murid agar murid-murid selain terdorong kegiatan belajarnya, dan (8) guru benar-benar merangsang aktivitas murid untuk aktif dalam hal berfikir, bukannya sekadar aktif asal banyak kesibukan.
5. Pemikiran Baru dalam Manajemen Kelas
Kinerja manajemen kelas yang efektif, antara lain tercermin dalam bentuk keberhasilan guru dalam mengkreasi lingkungan belajar secara positif (creative positive learning environment) dan memberdayakan siswa (empowering students) untuk memahami dan menjadi efektif dalam melibatkan diri pada proses pengelolaan kelas dan proses pembelajaran.
Dalam rangka menciptakan lingkungan belajar yang positif dan penguatan siswa, dapat dikembangkan system reward and punishment yang edukatif yang bermartabat dan tidak “membunuh” motivasi siswa. Justru perlu dikembangkan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga siswa mengalami pembelajaran aktif yang menyenangkan serta ditumbuhkan motivasinya. (Haris Mudjiman, 2007:107-127).
Adalah realitas bahwa masalah serius yang terjadi di sekolah-sekolah saat ini, besar atau kecil, disebabkan oleh masalah-masalah manajemen, khususnya manajemen kelas yang belum mampu merespon tuntutan untuk menjadikan manusia secara selayaknya (human being) atau ingin menciptakan proses pembelajaran pada tingkat kinerja yang diinginkan. Sosok ideal ini memang tidak menjadi tanggung jawab guru sepenuhnya, melainkan juga tanggung jawab kepala sekolah, special educator, pelatih, ahli psikologi, bahkan peneliti. Keberadaan sekolah sebagai institusi public service dituntut memberikan layanan prima kepada peserta didik tidak sebatas yang berdimensi kuantitatif tetapi lebih kepada kualitatif sehingga potensi peserta didik dapat berkembang secara optimal. (Stephen J Knezevich, 1984).
Ringkasnya, esensi dan ekstensi manajemen kelas dalam memfasilitasi proses pembelajaran yang kondusif tidak lagi didudukkan pada posisi yang sekunder, melainkan menjadi pemeran yang utama. Pemikiran ini menuntut adanya cara dan metode baru bagi guru untuk mengelola kelasnya secara efektif dan inovatif. Hasil penelitian yang kontemporer mengenai manajemen kelas merekomendasikan beberapa metode inovatif atau orientasi baru yang menjadi fokus kerja manajemen kelas. Beberapa di antaranya meliputi berikut ini:
a. Perhatian yang lebih besar pada aspek pendidikan multikultural dan isu-isu jender.
b. Pengembangan fokus ke arah pencerahan kebutuhan siswa, gaya belajar, kultur pembelajaran, dan metode pengelolaan perilaku yang digunakan di kelas.
c. Pengembangan ke arah keterlibatan siswa secara aktif dalam memahami dan mengambil tanggung jawab bagi lingkungan belajarnya dan untuk mendemonstrasikan perilaku positif.
d. Pengembangan studi kasus mengenai bagaimana menciptakan sosok manajemen kelas yang efektif atau bagaimana menimba pengalaman dari kinerja manajemen kelas yang baik yang pernah ditampilkan.
e. Perluasan rencana-rencana baru dalam kerangka membangun manajemen kelas yang efektif, serta penentuan strategi proses dan metode yang akurat untuk mengimplementasikannya.
f. Gagasan-gagasan baru mengenai cara guru bekerja untuk memecahkan masalah-masalah perilaku khusus yang dialami oleh siswa dalam keseluruhan mainstreams kehidupan untuk dimanipulasi menjadi potensi kondusif di dalam dan di lingkungan kelas. (Danim, 2002: 189-190)
C. PENUTUP
1. Simpulan
Dari paparan konseptual dan analisis mengenai manajemen kelas dan guru efektif, dapat diambil simpulan sebagai berikut:
a. Secara definitif manajemen kelas telah mengalami pergeseran makna yaitu berfokus pada terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif dan efisien yang diukur menurut nilai-nilai pendidikan yang dianut. Manajemen kelas tidak lagi dipahami sebagai usaha guru untuk mempertahankan disiplin atau ketertiban kelas, sebagaimana konsep tradisional yang mengarah kepada pola otoriter di mana guru menjadi aktor sentral dari semua interaksi pembelajaran. Konsep modern memandang manajemen kelas sebagai proses mengorganisasikan segala sumber daya kelas bagi terciptanya pembelajaran yang efektif dan efisien. Sumber daya itu diorganisasikan untuk memecahkan aneka masalah yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran sekaligus membangun situasi kelas yang kondusif secara terus-menerus. Tugas guru adalah menciptakan, memperbaiki, dan memelihara situasi kelas yang cerdas. Situasi yang cerdas itulah yang mendukung peserta didik untuk mengukur, mengembangkan, dan memelihara stabilitas kemampuan, bakat, minat, dan energi yang dimilikinya dalam rangka menjalankan tugas-tugas pendidikan dan pembelajaran.
b. Manajemen kelas yang efektif di samping ditentukan oleh penguasaan subject matter dan metodologi pembelajaran, juga ditopang oleh pemahaman personal/psikologis siswa, hubungan positif antara guru-siswa dan antar siswa, implementasi metodologi pengajaran yang fasilitatif terhadap kebutuhan akademik siswa, pengelolaan dinamika kelompok dan penggunaan metode konseling untuk membantu siswa.
c. Kinerja manajemen kelas yang efektif, antara lain tercermin dalam bentuk keberhasilan guru dalam mengkreasi lingkungan belajar secara positif (creative positive learning environment) dan memberdayakan siswa (empowering students) untuk memahami dan menjadi efektif dalam melibatkan diri pada proses pengelolaan kelas dan proses pembelajaran.
d. Keterampilan manajemen kelas (classroom management skills) menduduki posisi yang sangat urgen dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran yang diukur dari efektifitas proses belajar siswa atau peringkat yang dicapainya. Dengan demikian keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fundamental dalam mendukung proses pembelajaran.
2. Penutup
Demikian makalah sederhana ini kami susun, tentunya banyak terdapat kekurangan dan kelemahan. Untuk itu saran, masukan dan kritik konstruktif kami sangat harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan makalah ini.
BIBLIOGRAFI
Danim, Sudarwan., 2002. Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: CV Pustaka Setia.
Fattah, Nanang., 2000. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Hornby, A.S., 1996.,Oxford Advanced Learner Dictionary. Great Britain: Oxford University Press.
http://gurukreatif.wordpress.com/
Johnson, Lois V., Mary A. Bany.,1970. Classroom Management, Pengelolaan kelas. Terj. Made Pidarta. Surabaya: Usaha Nasional.
Knezevich, Stephen J., 1984. Administration of Public Education. New York: Harper & Row, Pblishers
Korina, 2008.,Tugas dan Peran Guru dalam Manajemen Sekolah, dalam http://manajemensekolah.teknodik.net/?p=823
Mujiman, Haris., 2007. Manajemen Pelatihan Berbasis Belajar Mandiri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Popham, W. James, Eva L. Baker.,2001. Establising Instructional Goals and Systematic Instruction. Teknik Mengajar secara Sistematis. Terj. Amirul Hadi dkk.,Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sukarna, Atep Hasan., 2009. Efektifitas manajemen Kelas, dalam. http://www.tribunjabar.co.id/read/artikel/8493/efektifitas-manajemen-kelas
Taruna, JC Tukiman, 2002. Perbaikan Manajemen Kelas Susul Kenaikan Tunjangan Fungsional, diakses dari internet.
Sabtu, 21 Mei 2011
Jendela Hati
Aku Ingin Hidup Secerah Mentari
Yang Menyinar Di Taman Hatiku
Aku Ingin Seriang Kicauan Burung
Yang Terdengar Di Jendela Kehidupan
Aku Ingin Segala Galanya damai
Penuh Mesra Membuah Ceria
Aku Ingin Menghapus Duka Dan Lara
Melerai Rindu Di Dalam Dada
Sedamai Pantai Yang Memutih
Sebersih Titisan Embunan Pagi
Dan Ukhuwah Kini Pasti Berputik
Menghiasi Taman Kasih Yang Harmoni
Seharum Kasturi Seindah Pelangi
Segalanya Bermula Di Hati Di Sini...
Yang Menyinar Di Taman Hatiku
Aku Ingin Seriang Kicauan Burung
Yang Terdengar Di Jendela Kehidupan
Aku Ingin Segala Galanya damai
Penuh Mesra Membuah Ceria
Aku Ingin Menghapus Duka Dan Lara
Melerai Rindu Di Dalam Dada
Sedamai Pantai Yang Memutih
Sebersih Titisan Embunan Pagi
Dan Ukhuwah Kini Pasti Berputik
Menghiasi Taman Kasih Yang Harmoni
Seharum Kasturi Seindah Pelangi
Segalanya Bermula Di Hati Di Sini...
Puisi spesial untuk akhwat
Wanita anggun pembasmi maksiat
Busananya rapi menutup aurat
Paling anti pake pakaian ketat
Katanya sich, ini salah satu ciri muslimah yang taat
Oh… Akhwat
Rajin mengaji dan tahajud dimalam yang pekat
Alasannya, biar selamat dunia dan akhirat
Ngga lupa dia doa dan munajat
Agar mendapat teman sejati dalam waktu cepat
Oh… Akhwat
Aktivitasnya begitu padat
Kuliah, organisasi sampe-sampe sehari 3 x ngikutin rapat
Ada juga yang ngajar TPA dan ngajar privat
Demi Allah, semua dilakukan dengan semangat
Oh… Akhwat
Tapi hari ini kok seperti kurang sehat?
Badan lesu dan muka keliatan pucat
Jalannya lunglai dibawah terikan matahari yang menyengat
Ooo.. ternyata dia, magh nya lagi kumat
(Abis… waktu sarapan cuma makan sepotong kue donat!)
Oh… Akhwat
Banyak juga yang berjerawat
Dari yang kecil-kecil sampe yang segede tomat
Padahal sudah nyobain semua sabun dan juga obat
( Sabar… sering wudhu lama2 juga ilang, Wat!)
Oh… Akhwat
Sering betul kirim SMS buat para sahabat
Isinya kalo ngga ngundang syuro, ya.. ngasih tausiyah atau nasihat
Walau kadang terasa bikin pulsa ngga’ bisa hemat
Oh… Akhwat
Seneng banget kalo makan coklat
Nggak sadar kalo gigi udah pada berkarat
Gara-gara sebulan sekali baru disikat
(Hiii… jorok nian kau, Wat!)
Oh… Akhwat
Paling seru waktu kumpul sesama akhwat
Ngobrolin dakwah sampe hal-hal yang kadang kurang manfaat
Apalagi kalau sudah pada saling curhat
Bisa-bisa air mata mengalir begitu lebat
( Wiih, curhat apaan tuh, Wat!)
Oh… Akhwat
Paling berani kalo di ajak debat
Siap bertahan sampe lawan bicaranya mulai sekarat
1 jam.. 2 jam.. 3 jam.. Wuiih dia masih kuat..!
4 jam….? Woy berenti…! waktunya sudah masuk sholat..!!
Oh… Akhwat
Sore-sore makan soto babat
Makannya rame-rame bareng temen satu liqo’at
Maklum, hari itu ada yang baru punya hajat
Baru wisuda… walaupun wisudanya bareng adek2 tingkat
Oh… Akhwat
Nonton konser Izzis sambil lompat-lompat
Tak terasa badan mulai capek dan mulai berkeringat
Sampai nggak sadar kalo ada copet yang mulai mendekat
( Tenang…. Si Ukhti kan sudah belajar silat..!!)
Akhwat… Akhwat…
Pergi kuliah di hari Jumat
Buru-buru karena takut datangnya telat
Padahal hawa kantuk masih terasa melekat
Gara-gara Facebookkan tengah malem sampe jam 1 lewat
( So.. What gitu Wat ?!)
Oh… Akhwat
Banyak yang nggak mau dimadu, apalagi jadi istri ke empat
( Waduh, kalau yang ini ane nggak berani nerusin, Wat!)
Oh… Akhwat
Mau lebaran bantuin ibu buat ketupat
Hati gembira karena mau ketemu sanak kerabat
Tapi kesel saat ditanya… Lebaran ini masih sendiri, Wat?
Oh… Akhwat
Berharap sang pengeran datang tidak terlambat
Untuk menjemput ke hidup baru yang penuh rahmat
Namun apa daya saat proses ta’aruf jadi tersendat
Gara-gara sang Ikhwan, malah akhirnya ngurungin niat
( Huuu.. reseh banget tuh Ikhwan, Wat!)
Oh… Akhwat
Masih Banyakkah yang seperti Fatimah Binti Muhammad?
Yang memilih pendamping bukan kerena harta, tahta dan martabat
Atau hanya tertarik pada gemerlap dunia yang sesaat
Tapi… Agama dan Akhlak itulah yang ia lihat
Wah.. kalau ada… ane pesen satu Wat! *peace*
( Please dong akh, Wat! )
Oh… Akhwat
Hidup memang tak selamanya nikmat
Kadang ringan kadang juga terasa berat
Tapi teruslah Istiqomah kau di setiap saat
Karena engkaulah…. Bidadari Harapan Ummat!
Maap ya.. Wat!
Kalau ada kata-kata salah yang didapat
Maklum, yang buat bukannya Akhwat
Udah dulu ya.. yang buat matanya udah 5 Watt!
HIDUP AKHWAT!!!
Langganan:
Postingan (Atom)